Salah satu tips otomotif yang penting diketahui oleh pemilik kendaraan adalah memahami dampak buruk dari terlalu sering mengganti oli mesin. Meskipun terlihat sepele, kebiasaan ini bisa mempengaruhi kinerja mesin dan bahkan memperpendek usia komponen.
Mengapa hal ini bisa terjadi dan apa saja bahayanya bagi kendaraan Anda? Simak penjelasan berikut agar Anda lebih bijak dalam merawat kendaraan Anda.
4 Efek Negatif Terlalu Sering Ganti Oli Mesin
Menurut tips otomotif pada umumnya, penggantian oli mesin secara rutin, yaitu setiap 10.000 km atau 6 bulan sekali. Saran ini tentunya telah mempertimbangkan berbagai faktor agar oli tidak mengalami penurunan kualitas terlalu cepat. Jika Anda terlalu sering gonta ganti oli mesin, berikut ini dampak buruk yang kemungkinan besar akan terjadi:
1. Mesin Jadi Mudah Panas
Salah satu masalah paling umum yang terjadi pada mesin ketika Anda terlalu sering mengganti oli adalah risiko mesin mengalami overheating. Mengapa bisa demikian? Ini terjadi karena oli baru yang masuk ke mesin dapat bercampur dengan sisa oli lama yang masih tertinggal di dalam mesin.
Saat kedua jenis oli ini bercampur, akan terjadi reaksi kimia yang menghasilkan bahan baru. Bahan inilah yang dapat mengurangi kualitas oli secara keseluruhan. Alhasil, kualitas oli menurun dan kemampuannya dalam melumasi dan menjaga suhu mesin menjadi tidak optimal, yang pada gilirannya menyebabkan mesin lebih mudah panas.
2. Pelumasan Kurang Optimal
Perlu Anda ketahui bahwa tiap-tiap jenis oli dirancang untuk memberikan tingkat pelumasan yang maksimal pada mesin tertentu. Contohnya, jika Anda mengganti oli dengan kadar SAE-10-40 menjadi oli SAE-20-40, ini bisa berdampak besar pada performa mesin.
Oli yang lebih kental cenderung membuat mesin bekerja lebih berat, sementara oli yang lebih encer meningkatkan risiko gesekan langsung antara komponen. Ketika Anda terlalu sering mengganti oli, terutama dengan variasi yang berbeda, proses pelumasan jadi kurang optimal.
Pelumasan yang kurang merata ini dapat komponen mesin jadi lebih cepat mengalami keausan, yang tentunya akan merugikan Anda dalam jangka panjang. Tips otomotif menyarankan agar penggantian oli dilakukan sesuai rekomendasi pabrikan, bukan berdasarkan ingin coba-coba.
3. Keakuratan Kebutuhan Oli
Setiap mesin memiliki kebutuhan oli yang spesifik, baik dari segi jenis maupun volumenya. Ketika Anda terlalu sering mengganti oli mesin, bisa jadi mesin akan sulit beradaptasi dan membuat kinerjanya jadi tidak konsisten. Misalnya, oli untuk sepeda motor berkapasitas 250 cc atau lebih tentu berbeda dengan motor cc kecil.
4. Oli Lebih Mudah Tercemar Kontaminan
Percaya atau tidak, sering mengganti oli justru bisa membuatnya lebih cepat tercemar oleh kontaminan yang masuk ke ruang oli. Misalnya debu, bahan bakar, suhu mesin, kualitas udara di lingkungan sekitar, dan lain sebagainya. Meski terlihat sepele, partikel-partikel ini bisa merusak kualitas oli.
Jika kualitas oli menurun, efektivitas pelumasan akan berkurang dan pada akhirnya berpotensi merusak komponen mesin. Alhasil, Anda harus mengeluarkan biaya perawatan yang cukup besar untuk memperbaikinya.
Kesimpulan
Nah, itulah beberapa tips otomotif yang bisa Anda ikuti terkait rutinitas penggantian oli mesin untuk menjaga performa kendaraan Anda. Dari penjelasan di atas, dapat Anda simpulkan bahwa konsistensi adalah kunci dalam mengganti oli mesin, jangan terlalu sering tapi jangan sampai telat juga.
Dengan menjaga frekuensi penggantian oli sesuai dengan yang direkomendasikan, Anda tidak hanya melindungi mesin dari kerusakan, tetapi juga menghemat biaya perawatan.